Cici Seksiku Bak Perek Binal Minta Dientot Kontol Hitam Pribumi.

Aku dan cici-ku sama-sama sekolah di SMU swasta di Surabaya. Aku di
kelas satu, umurku 16 tahun. Sementara cici-ku kelas tiga, umurnya
18 tahun. Terus terang, cici-ku orangnya cakep. Kulitnya juga putih.
Tingginya 161 cm, beratnya 48 kg. Rambutnya sebahu dicat kecoklatan.
Tubuhnya telah tumbuh jadi sexy. Dadanya nampak menonjol. Gara-gara
penasaran, pernah kulihat bra miliknya. Ia mempunyai bra dengan
berbagai macam model dan berbagai warna. Mereknya kebanyakan Triumph
dan ukurannya 34C. Ia pertama kali memakai bra waktu kelas 2 SMP.Pada suatu siang sepulang sekolah, aku dan cici-ku lagi jalan-jalan
di mal. Saat itu kami berdua masih memakai seragam. Waktu itu kita
sedang antri beli minuman. Saat itu ada cowok pribumi anak STM yang
berkulit hitam dan berambut grondrong. Tampangnya sangar dan
badannya tinggi tegap. Ia memandangi cici-ku terus. Matanya
memandang lekat-lekat ke cici-ku, mula-mula ke wajahnya lalu turun
ke seluruh tubuhnya sampai ke ujung kaki. Cara melihatnya sangat
kurang ajar seperti bagaikan menelanjanginya. Terutama selain
wajahnya, ia juga menatap lekat-lekat ke arah dadanya. Memang baju
seragam yang dipakai cici-ku waktu itu agak tipis kainnya sehingga
bra-nya terlihat dengan jelas. Apalagi payudaranya cukup menonjol.
Ditambah lagi wajahnya yang cakep dan kulitnya yang putih.
Sepertinya cowok itu terangsang habis oleh cici-ku. Sementara itu
cici-ku juga merasa kalau ia dilihatin seperti itu. Sepertinya ia
kesal dibegituin. Sehingga orang itu ditatapnya balik. Dan orang itu
malah balas memandanginya lekat-lekat. Sehingga untuk beberapa saat
lamanya mereka berdua saling bertatapan. Kini justru aku yang agak
takut.

“Kurang ajar bener itu orang. Ngeliatin orang seenaknya. Kamu labrak
dia dong,” perintahnya.
“Sudahlah Ci, biarin aja. Wong namanya juga orang iseng,” kataku.
“Kamu itu gimana sih. Jadi cowok bukannya ngebelain kakak. Memang
kamu suka ya ngeliat kehormatan cici dilecehkan seperti itu,”
serunya.
“Bukan begitu. Sudahlah namanya juga orang iseng. Mending kita jalan
aja yuk. Nggak usah ditanggepin,” kataku sambil mengajak dia pergi.
Kebetulan saat itu aku telah selesai membeli minuman.
“Alaah, bilang aja kamu takut. Dasar cowok pengecut. Coba, kamu
berani nggak berantem sama dia,” ejek cici-ku.
Aku diam saja karena dalam hati aku mengakui kebenaran kata-katanya
itu. Setelah itu aku menoleh ke belakang melihat orang itu, ternyata
dia masih terus memandangi cici-ku. Saat ia melihatku, ia
mengacungkan tinjunya kepadaku. Lalu aku buru-buru menoleh ke depan
kembali.

Di dalam mobil, cici-ku terus mengata-ngataiku.
“Dasar cowok banci. Penakut.”
“Bukan begitu. Justru aku nggak mau nanti terjadi apa-apa terhadap
cici.”
“Terjadi apa-apa gimana maksudmu?” tanyanya dengan nada tinggi.
“Nggak, bu-bukan gitu maksudku.”
“Terjadi apa-apa gimana! Ayo jawab!!”
“Maksudku, kalo ditanggapi, nanti malah nekat. Kalo misalnya dia
nanti nekat megang-megang cici gimana?”
“Kamu itu gimana sih. Memangnya cici diam aja kalo mau dipegang-
pegang gitu. Trus ada kamu disini, buat apa. Kamu itu goblok banget
sih. Masa nggak berani membela kehormatan cici-mu.”
“Bukan gitu. Ngapain kita cari gara-gara. Nanti kalo dia mukul
gimana?”
“Berarti memang kamu takut khan. Huh, benar-benar pengecut!”
“Memang cici sendiri nggak takut berantem sama dia.”
“Goblok! Tolol! Memangnya ngapain cici mau berantem sama dia.
Kamulah yang harusnya maju melawan dia. Dasar cowok banci! Penakut!”
Terus terang, memang cici-ku pada dasarnya nggak suka dengan cowok-
cowok semacam itu.

Seharian itu aku masih terus memikirkan kejadian itu sambil berandai-
andai. Seandainya cowok itu nekat mengajak berkelahi, terus terang
memang aku takut menghadapinya. Dan terus terang, hal lain yang
dalam hati kuakui, cici-ku memang orangnya cakep, body-nya sexy dan
sering bikin cowok-cowok suka ngeliatin. Dan kejadian seperti ini
telah sering kali terjadi. Yang aku ingat persis sampai sekarang,
ketika kita pergi berenang, ada cowok pribumi juga yang ngeliatin
dia terus. Kali ini malah lebih parah karena ia bisa melihat lekukan
payudara cici-ku yang nampak bagian atasnya serta pahanya yang putih
mulus. Jujur saja, diam-diam kadang aku pun juga bisa jadi ngaceng
sendiri. Meskipun aku tidak pernah punya pikiran untuk berbuat yang
nggak-nggak kepadanya. Seperti saat ini, ketika ia memakai kaus tank-
top ketat warna hijau muda dan celana pendek. Nampak belahan dada
bagian atasnya terutama kalau dia menunduk. Memang kalau di rumah,
ia agak berani dan cuek berpakaian. Karena disini serumah cuman ada
aku dan seorang pembantu cewek yang agak tua. Orangtuaku tinggal di
kota lain dan rumah ini disewa buat aku dan ciciku sekolah di kota
ini. Beberapa kali aku pernah melihatnya tidak memakai bra, terutama
kalau malam hari menjelang tidur. Bahkan pernah satu kali, sewaktu
dia kelas 1 SMU, aku melihatnya telanjang bulat! Saat itu ia lupa
mengunci pintu kamarnya sehingga aku masuk begitu saja.

Tiga hari setelah itu (saat malam Minggu)…
Entah kenapa mendadak malam itu aku terbangun. Aku tidak ngeliat
jam, tapi menurut perasaanku saat itu sekitar tengah malam. Setelah
bangun aku segera keluar dari kamarku. Saat itu ruang tengah telah
gelap gulita. Namun kulihat pintu kamar cici-ku sedikit terbuka dan
lampu didalamnya menyala terang benderang. Karena pengin tahu aku
berjalan mendekatinya. Semakin dekat dari kamarnya, aku mendengar
ada suara cowok di dalam kamarnya! Karena penasaran, aku masuk ke
kamarnya. Aku ingin berbicara namun entah kenapa aku jadi seperti
tidak bisa berbicara. Dan saat kulihat…ternyata cici-ku sedang
berduaan dengan cowok. Dan cowok itu adalah cowok pribumi di mal
beberapa hari lalu!! Mereka tidak memperhatikanku karena mereka
nampak asyik bermesraan.

Aku jadi bingung, sejak kapan mereka saling mengenal. Kok bisa-
bisanya cici-ku yang biasanya (maaf, bukannya sara) tidak suka
bergaul dengan cowok pribumi kok sekarang malah bermesraan dengan
cowok ini!! Karena bingung dan penasaran, aku bersembunyi di balik
lemari dan dengan leluasa melihat apa yang dilakukan mereka berdua
ini.

Saat itu ciciku memakai daster warna merah coklat yang sangat jarang
sekali dipakainya. Mereka berdua duduk berdempetan di ranjang. Kedua
tangan cowok itu memegang-megang tubuh cici-ku sambil ia menciumi
rambut dan leher cici-ku. Cici-ku nampak menonjol dadanya di balik
daster tipis yang dikenakannya. Cowok itu kemudian menyentuh dadanya
dan dengan kedua tangannya diraba-rabainya dan diremas-remas sambil
terus menciumi leher ciciku yang putih serta rambutnya yang hitam
kecoklatan.

Sejenak perhatianku terganggu oleh kantong kresek Hero yang
tergeletak di lantai di dekat ranjang. Aku agak heran kok bisa ada
kantong kresek itu padahal kita tidak pernah ke Hero supermarket.
Mungkin dibawa oleh cowok ini, pikirku. Namun perhatianku segera
beralih kembali ke adegan seru yang ada di depanku ini.

Cowok itu kini mulai menciumi bibir cici-ku dan tangannya mulai
bergerilya di bagian bawah. Tangannya dimasukkan di balik daster
cici-ku, diraba-rabainya pahanya. Lalu daster itu dinaikkan ke atas
sehingga nampaklah kini paha cici-ku yang putih mulus serta CD
berwarna merah menyala. Sejenak ia memandang warna merah putih yang
kontras dan indah itu. Lalu diraba-rabainya pahanya yang putih
mulus. Setelah itu gantian “bagian merahnya” yang dipegang-pegang
dan diraba-rabai. Jarinya dimainkan dan digesek-gesekkan di daerah
sensitif itu. Ia melakukan itu sambil menciumi cici-ku dan tangan
yang satunya meraba-raba payudaranya.

Selama ini kulihat reaksi cici-ku sama sekali tidak melawan. Bahkan
ia menikmati saja diperlakukan seperti itu oleh cowok itu. Dalam
hati aku berpikir, dia suka mengata-ngataiku pengecut karena aku
dianggap tidak berani membela kehormatannya saat dia dilecehkan oleh
cowok pribumi tak dikenal. Namun sekarang apa kenyataannya, malah
dia menyerahkan kehormatan dirinya secara sukarela kepada cowok
pribumi yang tak dikenal dan justru menikmati hal itu! Kalau begini
persoalannya, tentu nggak salah sikapku selama ini. Buat apa dibela
kalau yang dibela ternyata memang mau dengan suka rela. Kalau
sekarang misalnya aku tiba-tiba mendatangi mereka dan menantang
cowok itu, jangan-jangan malah cici-ku menyuruh cowok itu untuk
menghajarku supaya aku tidak menghalangi mereka. Sudah malu babak
belur pula. Seandainya pun aku bisa menghajar cowok itu, toh juga
tidak ada gunanya. Kalau pada dasarnya memang mau, cici-ku bisa saja
terus berhubungan diam-diam dengan cowok itu.

Ternyata omongan dan sikapnya selama ini sungguh berbeda dengan
perbuatannya sekarang ini. Jadi ada pepatah baru,” Mulut mengatakan
tidak mau kencing berdiri namun diam-diam melakukan kencing sambil
berlari”. Selama ini ia bersikap tidak suka dan tak mau bergaul
dengan cowok pribumi namun pada saat ini justru ia sedang bermesraan
dengan cowok pribumi. Aku dimaki-maki karena dianggapnya diam saja
saat dia diliatin sama cowok tak dikenal, ternyata justru dia mau
digrepe-grepe oleh cowok tak dikenal, malah menikmati pula. Akhirnya
kuputuskan aku akan menyaksikan saja apa yang akan terjadi
seterusnya.

Cowok itu jadi makin berani. Daster cici-ku yang bagian bawahnya
telah terbuka, kini diloloskannya dari kepala dan kedua tangan cici-
ku yang dengan sukarela mengangkat kedua tangannya supaya dasternya
bisa terlepas dari tubuhnya. Bra-nya juga berwarna sama, merah
menyala yang kontras dengan tubuhnya yang putih mulus. Dengan penuh
nafsu, cowok itu melepaskan bra cici-ku yang pengaitnya ada di
depan. Sambil memandangi payudara cici-ku dari jarak begitu dekat,
ia meloloskan tali bahunya dari kedua tangannya. Lagi-lagi cici-
ku “bersikap kooperatif” membiarkan cowok itu membuka bagian
rahasianya.

Cowok itu memandangi payudara cici-ku sambil tersenyum-senyum.
Memang payudaranya benar-benar indah dan sungguh mengggoda. Jauh
lebih indah dan padat berisi dibanding yang kulihat beberapa tahun
lalu. Belahannya begitu sempurna dan keduanya nampak simetri. Celah
lekukan diantara payudaranya betul-betul indah. Putingnya berwarna
segar kemerahan. Kedua ujung putingnya menonjol.

Langsung saja kedua tangan cowok itu merengkuh masing-masing satu
payudara cici-ku. Diraba-raba dan diremas-remasnya. Dirasakan
kekenyalannya. Jari jemarinya meraba-raba dan memilin-milin kedua
putingnya terutama ujungnya yang nampak sensitif. Terbukti karena
cici-ku dibuat mendesah-desah perlahan karenanya.

Setelah cukup puas bermain-main dengan payudara, cowok itu melepas
baju kaus dan celana panjangnya sendiri, berikut celana dalamnya.
Sehingga kini ia telanjang bulat dihadapan ciciku. Kulitnya coklat
kehitaman. Badannya tegap serta dadanya bidang. Cici-ku nampak
jengah karenanya, mungkin terutama karena batang penisnya yang besar
dan panjang telah ngaceng dengan kuatnya. Apalagi kepala penisnya
yang disunat jadi makin nampak besar. Kelihatan pula urat-uratnya
menonjol di tubuh penisnya yang lebih hitam dibanding kulitnya.
Seluruh paha dan kakinya berbulu lebat.

Kemudian ia melepaskan CD merah cici-ku sehingga kini keduanya telah
telanjang bulat. Lagi-lagi ciciku dengan sukarela membiarkan cowok
itu melucuti pakaian terakhir yang melekat di tubuhnya. Rambut
kemaluannya nampak cukup lebat. Cowok itu membuka lebar-lebar paha
cici-ku mungkin supaya ia bisa melihat dengan jelas vagina dan
klitoris cici-ku. Betul-betul kurang ajar cowok itu!

Lalu direbahkannya cici-ku dan kembali ia menciumi leher, rambut,
dan seluruh wajah cici-ku. Dikulum dan dilumatnya bibir cici-ku
sementara tangannya meraba-raba tubuh cici-ku terutama payudara dan
paha. Kemudian mulutnya turun ke bawah, dari leher ke bagian dada.
Dikecupinya kedua payudara cici-ku dan dikulumnya putingnya
bergantian, lidahnya bergerak-gerak melingkari putingnya, putingnya
digerak-gerakkannya dengan lidahnya, dan terakhir putingnya dikenyot-
kenyot. Dan tangannya digesek-gesekkan di vagina terutama
klitorisnya. Membuat cici-ku tanpa malu-malu lagi mendesah-desah tak
keruan.
“Oooh, ahhhh, oohhhhh.”
Aku pun jadi terangsang juga menyaksikan dan mendengar itu. Penisku
telah berdiri tegak dan cairan pre-cum ku mulai keluar.

Cowok itu kemudian menjilati vagina cici-ku. Wah, gila! Seperti AV
Jepang saja. Tak jelas apa yang dilakukannya namun cici-ku jadi
makin mendesah-desah dan mengerang-ngerang dibuatnya.

Lalu ia menindih tubuh cici-ku, pahanya yang hitam berbulu menempel
di paha cici-ku yang putih mulus sementara dadanya yang bidang
menempel ke payudara cici-ku. Kembali dengan penuh nafsu ia menciumi
bibir cici-ku kemudian ke lehernya.

Tak lama kemudian, ia membuka lebar-lebar kedua paha ciciku. Diatur
posisi penisnya di depan vagina cici-ku. Lalu dengan gerakan
mendorong ke depan, dimasukkan kepala penisnya ke dalam liang vagina
cici-ku.
“Oooohhhh.”
Lalu gerakan mendorong sekali lagi, mungkin untuk memasukkan seluruh
penisnya ke dalam.
“aaahhhhhhhh.”
Setelah itu terjadilah gerakan berirama ketika ia memainkan penisnya
di dalam vagina cici-ku. Tentu pada saat itu cowok itu – yang bahkan
namanya pun aku tak tahu- telah berhasil merenggut kehormatan cici-
ku secara telak. Bahkan bukan tidak mungkin pula kalau ia adalah
cowok pertama yang menikmati keperawanan cici-ku. Sebelumnya aku
tidak pernah menyangka kalau cici-ku bisa berkelakuan seperti saat
ini. Aku tak bisa melihat dengan jelas apa yang dilakukannya karena
cowok itu dalam posisi memunggungiku saat ia mem-”banging” cici-ku.
Hanya bisa kulihat tubuhnya bergerak maju mundur. Aku tak bisa
melihat cici-ku karena tertutup oleh punggungnya. Namun gerakan-
gerakan itu membuat desahan-desahan cici-ku jadi makin liar dan
makin cepat iramanya.
“Ooooh…Aaahhh….Ooohhhhh….Ahhhhhh…..Ooohhhhhh.”

Namun hal itu tak berlangsung lama. Karena tak lama kemudian mereka
berubah posisi menghadap ke samping sehingga kini aku bisa melihat
dengan jelas. Cowok itu menyuruh cici-ku menungging di depannya yang
dengan patuh diikutinya. Nampak punggungnya yang putih mulus dan
payudaranya bergerak-gerak menggantung dengan bebasnya. Kayaknya
cowok itu ingin menikmati cici-ku dalam posisi doggy style. Namun
sebelum itu, ia memegang dan menyangga payudara cici-ku. Kedua
payudara yang indah itu kini berada dalam genggamannya, ditepuk-
tepuknya dan diremas-remasnya.

Setelah puas memainkan payudaranya, kini dimasukkannya penisnya yang
besar ke dalam lubang vagina cici-ku lalu dikocoknya di dalamnya.
Saking nafsunya sampai-sampai seluruh tubuh cici-ku jadi ikut
terdorong maju mundur mengikuti gerakan “kocokan” cowok itu. Cici-ku
jadi makin mendesah-desah tak karuan dibuatnya. Seluruh tubuhnya
bergoyang-goyang termasuk payudaranya juga bergoyang-goyang tak
karuan. Bahkan ranjang pun jadi ikut tergoyang-goyang. Dengan posisi
sekarang, kini aku bisa melihat langsung maupun dari refleksi kaca
besar di meja rias di samping ranjang. Cowok itu nampak sangat puas
menikmati “menggedor-gedor” seluruh tubuh cici-ku itu. Kini
pandangannya mengarah ke kaca besar meja rias itu, tertuju ke tubuh
cici-ku yang bergoyang-goyang karena kocokan penisnya itu. Memang
betul-betul dahsyat pemandangan itu!

Setelah puas menggedor dalam posisi doggy style, kini cowok itu
merebahkan dirinya telentang di ranjang. Nampak penisnya yang besar
berdiri dengan tegaknya. Kepala penisnya mengkilap basah mungkin
karena cairan pre-cum bercampur dengan cairan vagina cici-ku.

Lalu ia “membimbing” ciciku supaya “duduk dengan manis” diatas tubuh
cowok itu dengan posisi yang tentunya diatur supaya penisnya berada
di dalam vagina cici-ku. Setelah masuk ke dalam, dengan tangannya ia
menggerakkan tubuh cici-ku naik turun. Mula-mula cici-ku agak
canggung. Namun lama kelamaan ia jadi keenakan naik turun menunggang
penis cowok itu. Payudaranya bergerak-gerak dan berputar-putar naik
turun mengikuti gerakan tubuhnya. Namun aku tak lama bisa menikmati
payudaranya karena kedua tangan cowok itu segera merengkuh payudara
cici-ku dan kembali, untuk kesekian kalinya hari itu, meremas-
remasnya. Nampak kontras perbedaan tubuh mereka. Cici-ku yang putih
bergoyang-goyang di atas tubuh cowok itu yang hitam. Namun rupanya
cici-ku sudah tidak mempedulikan segalanya. Karena ia terus-terusan
menggerakkan tubuhnya naik turun sambil terus mendesah-desah dan
berteriak-teriak. Diantara suara desahannya itu, aku juga bisa
mendengar suara beradunya penis cowok itu dengan vagina cici-ku.
“Ahhhhh, ahhhhhh, ahhhhhh, ahhhhhhh….”
“Shleeb, shleeb, shleeb…”
Saat itu aku pun juga merasa ikutan “naik”. Tanpa sadar kukocok
penisku menikmati pemandangan itu.
Sementara cici-ku makin lama mendesah-desah makin cepat dan makin
tinggi suaranya. Sampai akhirnya ia mendapatkan orgasme.

Setelah itu mereka berganti posisi. Tubuh cici-ku yang lebih kecil
ditindihnya. Pahanya yang hitam berbulu kembali menempel di paha
cici-ku yang putih mulus. Cici-ku sepertinya kegelian karena bulu-
bulu di paha cowok itu menggelitik pahanya dan vaginanya. Kini
giliran cowok itu yang diatas untuk menyetubuhinya dengan gaya
missionaris. Kembali penisnya dimasukkan ke dalam vagina cici-ku.
Kemudian benar-benar habis-habisan ia mengocoknya. Sampai-sampai
seluruh ranjang kembali bergoyang-goyang.

Setelah itu ia mengubah sedikit posisinya. Ia menyetubuhi cici-ku
dengan mengangkat kedua paha cici-ku dan menaruh diatas bahunya.
Lalu kembali disodoknya cici-ku yang putih mulus itu dengan penisnya
yang hitam besar. Tentu sodokannya itu membuat kembali
terjadi “gempa setempat”. Seluruh tubuh cici-ku bergoyang-goyang.
Kedua payudara cici-ku bergerak-gerak dan berputar-putar mengikuti
irama gerakan sodokan cowok itu.

Cukup lama ia menggenjot cici-ku seperti itu. Setelah puas meng-
“over-power” cici-ku seperti itu, akhirnya ia mengalami ejakulasi
dan memuntahkan seluruh spermanya di dalam tubuh cici-ku.

Saat itu aku pun akhirnya juga mengalami ejakulasi yang terhebat
yang pernah kualami. Kurasakan sperma yang tumpah di celanaku amat
sangat banyak. Aku merasa sangat puas sekali. Setelah itu aku merasa
ngantuk sekali dan tertidur.
…….
…….
Entah berapa lama kemudian, aku setengah sadar terbaring di
ranjangku, dalam kondisi setengah sadar dan setengah bermimpi. Ooh,
ternyata barusan aku cuma bermimpi, pikirku. Namun kurasakan
celanaku basah kuyup dan bau sperma. Hmm, ternyata barusan aku mimpi
basah mengenai cici-ku dan cowok tak dikenal. Dalam hati aku
bersyukur bahwa semuanya ini hanyalah mimpi. Sungguh aku tidak
mengharapkan kalau cici-ku dibegituin betulan sama cowok itu. Meski
harus kuakui dengan jujur, bahwa itu adalah mimpi yang indah.
Mimpi yang sangat indah.
Dan juga sangat riil.
Sampai-sampai sulit dibedakan antara mimpi dan kenyataan.

Pagi harinya…
Aku bangun agak terlambat. Begitu bangun aku langsung teringat akan
mimpi indah kemarin malam. Saat itu aku sudah betul-betul bangun dan
sadar kalau saat ini bukan mimpi. Seketika kupegang celanaku,
ternyata memang malam itu aku mimpi basah dengan hebat dan
mengeluarkan sperma banyak sekali. Bahkan saking banyaknya, ada sisa
sperma yang mengering di pahaku dan membekas sampai ke seprei-ku.

Badanku terasa lemas gara-gara keluar sperma yang sangat banyak
malam tadi. Setelah cuci muka, aku keluar kamar. Tak lama kemudian
keluarlah ciciku dari kamarnya. Tampangnya kusut dan rambutnya awut-
awutan. Tampangnya seperti orang yang baru bangun. Tidak biasanya
jam segini ia baru bangun. Biasanya ia selalu bangun lebih pagi
dariku.

Namun yang mengherankanku adalah, ia memakai daster merah coklat
yang sama persis dengan mimpiku semalam. Padahal daster itu biasanya
jarang dipakainya. Dan bra yang dipakainya pun warnanya merah
menyala. Hal ini terlihat dari talinya yang kelihatan di bahunya.
Belakangan setelah ia selesai mandi, kulihat diantara tumpukan baju
kotor, bra dan CD warna merah menyala yang modelnya sama persis
dengan mimpiku kemarin!

Dan yang paling membuatku terkejut adalah, sewaktu pintu kamarnya
terbuka agak lebar, kulihat ada kantong kresek Hero di tempat yang
sama dengan yang kulihat kemarin!!

Kini aku jadi penasaran, apakah kemarin malam cici-ku betul-betul
telah disetubuhi dan bercinta dengan cowok itu ataukah memang cuma
mimpi? Untuk membuktikannya, aku mempunyai ide bagus, yaitu dengan
mencek seprei di ranjangnya yang bisa jadi ada bukti bekas-
bekas “pertempuran” malam itu kalau memang itu benar-benar terjadi.

Namun sayangnya aku tidak mendapat kesempatan itu. Karena disaat aku
sedang mandi, seprei berikut sarung bantal dan guling serta
comforter yang ada di bawah seprei telah diganti dengan yang baru.
Sementara yang lama telah dicuci di dalam mesin cuci dan comforter-
nya telah dikirim ke laundry.
Kebetulankah?
Atau untuk menghilangkan bukti?

Kini aku benar-benar tidak tahu, apakah kejadian malam itu hanya
mimpi?
Ataukah mimpi yang terjadi bersamaan dengan kenyataan?
Atau memang kenyataan?

Oleh karena sejak saat itu aku tidak pernah bertemu lagi dengan
cowok STM itu.
Jadi di dunia ini, hanya cici-ku seoranglah yang tahu akan kejadian
sesungguhnya.
Ataukah ada diantara pembaca yang tahu kejadian sesungguhnya?
Entahlah.

Demikian artikel tentang cerita Cici Seksiku Bak Perek Binal Minta Dientot Kontol Hitam Pribumi.
ABG BISPAK TELANJANG, BOKEP INDONESIA, cerita ABG, cerita bokep dewasa, cerita bokep hot, cerita bokep indonesia, cerita bokep mesum, cerita bokep seks, cerita bokep terbaru, cerita dewasa, cerita dewasa indonesia, cerita dewasa terbaru, Cerita Eksebionis, Cerita Janda, cerita mesum, Cerita Mesum Dewasa, cerita mesum hot, cerita mesum indonesia, cerita mesum panas, cerita mesum terbaru, cerita mesum terkini, CERITA NGENTOT JANDA, CERITA NGENTOT PEMBANTU, CERITA NGENTOT PERAWAN, cerita panas, cerita panas terbaru, cerita seks dewasa, CERITA SEKS INDONESIA, cerita seks panas, CERITA SEKS SEDARAH, cerita seks terbaru, CERITA SELINGKUH, cerita sex, cerita sex dewasa, Cerita Sex Indonesia, Cerita Sex Panas, cerita sex terbaru, CERITA SKANDAL, CERITA TANTE GIRANG, CEWEK TELANJANG, FOTO BUGIL, TANTE GIRANG, TOKET GEDE MULUS

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *